![]() |
Dermaga Kota Bima (Sumber Foto: kahaba.net) |
Mimpi tidak pernah menyakiti siapa pun jika dia terus bekerja tepat di belakang mimpinya untuk mewujudkannya semaksimal mungkin” (F.W.Woolworth).
Kota Bima dengan segala perjalanan monumentalnya suatu saat berhak
menjadi sebuah kota yang maju dan diperhitungkan. Kota Bima muncul di tahun
2002 sebagai daerah pemekaran dari wilayah administratif Kabupaten Bima, sesuai
amanat UndangUndang Nomor 13 Tahun 2002. Sejak awal berdirinya, Kota Bima sudah
berganti Kepala Daerah sebanyak 3 kali. Usia yang masih relatif muda. Tentu
masih teramat banyak impian yang bisa diwujudkan ke depannya. Wilayah Kota Bima
memiliki luas total 222,25 km persegi. Jumlah penduduk 166.407 jiwa di tahun
2007, dan sebarannya terbagi ke dalam 5 wilayah kecamatan. Sektor ekonomi
andalan berupa jasa, perdagangan, agroindustri, dan peternakan. Suku yang menetap
di Kota ini cukup beragam, yaitu Suku Bima, Sasak, Bali, Jawa, dan Bugis.
Hampir semua sejarah kota, bahkan negara, yang gemilang di masa
lalu ditentukan oleh letak geografis, kekayaa alam, serta budayanya. Ekspansi
yang dilakukan zaman dahulu masih mengandalkan jalur laut, sehingga daerah yang
berada di sepanjang jalur yang dilewati biasanya akan dijadikan sebagai persinggahan
bahkan rebutan. Kota Bima adalah salah satu kota yang mendapat anugerah itu.
Kota ini berada di jalur yang sangat strategis. Dermaga Kota Bima bisa menjadi
pelabuhan transit yang baik bagi turis dari Surabaya, Bali, dan Lombok yang
ingin menuju wilayah seberang seperti Labuan Bajo, Ende, Makassar, Banjarmasin
dan Kupang.
Dermaga atau pelabuhan kapal merupakan pintu gerbang sebuah kota.
Banyak kota-kota maju di dunia berhasil menjadikan
dermaganya sebagai landmark (ikon) yang sangat mudah diingat. Pada akhirnya,
selain berfungsi sebagai simpul penghubung antar daerah, dermaga juga secara
visual menjadi objek wisata yang memukau. Kita bisa melihat bagaimana indahnya
dermaga alami yang ada di Kota Sydney Australia dalam balutan Opera House-nya.
Selain membuat ikon dermaga yang kuat, tentu saja internal kota pun
harus didesain sedemikian rupa sehingga para turis betah berlama-lama sebelum
melanjutkan perjalanan. Sebenarnya apa saja variabel untuk bisa mewujudkan kota
yang nyaman? Salah satu penerapan konsep yang paling mudah adalah dengan
mengambil variabel yang digunakan oleh lembaga riset kredibel, semisal Price
WaterhouseCan (PWC) dalam mengukur tingkat kenyamanan kota-kota di dunia.
Variabel yang biasanya digunakan antara lain: budaya, kualitas hidup, populasi
usia produktif, kemacetan lalu lintas, kemudahan akses perjalanan, daya tarik
lokasi wisata, sistem pengolahan limbah, keberadaan taman publik, serta tingkat
keamanan.
Pada tahun 2014, Kota Sydney Australia mendapat predikat sebagai
kota paling nyaman untuk dihuni di dunia, karena dinilai mampu mengakomodasi
semua variabel tersebut dengan baik, walaupun kini Sydney harus rela posisinya
disalip oleh Kota Wina dan Melbourne. Faktanya, memang untuk meraih sesuatu
akan lebih mudah dari pada mempertahankannya. Sangat banyak kota-kota di dunia
yang dengan penuh kesadaran berpacu untuk menjadi yang terbaik. Kota Bima tentu
suatu saat ingin berada di posisi mereka, tidak hanya menjadi penonton, namun
sebagai penantang. Kota Bima hampir memiliki semua potensi pada setiap variabel
kota nyaman yang disebutkan di atas.
Warisan
Budaya
Warisan budaya yang sangat kaya membuat Kota Bima secara utuh bisa
menjadi “Memorable City”. Hanya saja butuh kerja cerdas untuk
mempertahankan kekayaan budaya dari laju modernisasi yang begitu cepat.
Pembangunan berbasis budaya akan menjadi salah satu pembeda dengan daerah lain,
sebab setiap daerah pasti punya budaya yang berbeda pula. Hilangnya secara
perlahan bangunan-bangunan bersejarah, situs purbakala, dan atraksi budaya yang
disebabkan oleh bangunan dan kebiasaan kontemporer, akan membuat pembangunan
terasa biasa saja, walaupun dibangun dengan biaya yang sangat mahal.
Jumlah
Usia Produktif
Jumlah usia produktif di Kota Bima sangat tinggi yaitu sebanyak
111.459 jiwa atau sejumlah 66,97 persen. Bonus demogradi seperti ini patut
disyukuri, karena otomatis mengurangi angka beban tanggungan kota. Tinggal
bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan baru sebagai wadah bagi angkatan
pencari kerja yang dapat memacu kemandirian, sehingga tidak terpaku pada bidang
kerja yang telah ada. Pola-pola pelatihan entrepreneurship yang bersifat
kekinian sekiranya dapat menarik minat para milenial untuk menapaki jalan
berbeda di luar zona nyaman mereka. Bayangkan saja jika semua pencari kerja
hanya ingin bekerja di sektor pemerintahan. Apa jadinya dengan sektor
perdagangan? Siapa yang akan meneruskan konsep pertanian modern? Akan jadi
seperti apa sektor peternakan dan perikanan yang prospeknya sangat menjanjikan
di kota ini?
Tingkat
Kemacetan
Laju pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Kota Bima merupakan
salah satu yang tertinggi. Menurut Kota Bima Dalam Angka Tahun 2018, bahwa pada
periode 2013-2017 saja jumlah kendaraan bermotor bertambah dari 32.530 unit
menjadi 51.269 unit. Laju pertumbuhan seperti itu tentu akan membawa dampak
bagi potensi kemacetan kota, mengingat panjang dan lebar jalan yang cederung
tetap. Solusi berupa penerapan jalan satu arah sudah berhasil diterapkan. Namun
untuk tetap bisa konsisten, perlu diberlakukan pengawasan yang ketat, sebab
karakter masyarakat yang cenderung taat aturan hanya saat melihat adanya
petugas penjaga lalu lintas. Solusi lain yang dapat dicanangkan antara lain
pembatasan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi, penyadaran tentang fungsi
penting berjalan kaki dan bersepeda untuk tujuan yang dekat. Langkah ini bukan
tanpa alasan, sebab saat momen acara Sosialisasi Pekan Panutan Pajak 2017 didapatkan
laporan bahwa 60 persen warga Kota Bima menunggak pajak kendaraan. Hal ini
berarti bahwa meroketnya jumlah minat beli kendaraan bermotor tidak sejalan
dengan kesadaran membayar pajak. Mumpung lalu lintas Kota Bima belum semacet
kota besar, ada baiknya diantisipas demi kenyamanan berkendara.
Daya
Tarik Wisata
Satu lagi anugerah bagi Kota Bima, letaknya yang dikelilingi oleh
banyak bibir pantai Teluk Bima membuatnya nampak berkemilau diterpa cahaya
sunset sore hari. Tentu anugerah ini mempermudah Kota Bima dalam memoles dan
mem-branding berbagai lokasi wisata bahari. Selain itu, wisata budaya,
kuliner, serta home industry kerajinan bisa saja berkembang sangat pesat
jika program satu produk unggulan setiap kelurahan kembali digiatkan secara
konsisten dan selalu dilombakan dalam event akbar. Produk kreatif yang melimpah
yang diiringi oleh festival/pameran yang terpublikasi dengan baik, maka secara
langsung bisa menaikkan level popularitas wisata Kota Bima.
Pengelolaan
Limbah
Sampah atau pun limbah hasil buangan rumah tangga menjadi momok
yang sangat menakutkan, sebab banyak di antara jenis sampah yang dihasilkan
adalah komponen yang sulit terurai. Jika sudah tercecer tidak pada tempatnya,
maka butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk melihatnya lenyap dari
permukaan tanah. Sebenarnya yang paling berbahaya adalah kebiasaan buruk
masyarakat dalam membuang sampah itu tidak pada tempatnya. Kebiasaan buruk ini tentu harus terus
mendapatkan pencerahan disertai pula dengan ketersediaan sarana pengelolaan
sampah terpadu di setiap kelurahan. Pemeliharaan yang ditanggung secara swadaya
oleh masyarakat setempat. Sampah yang dikumpulkan secara kolektif kemudian
tidak perlu dibuang ke TPA, tetapi bisa diolah masing-masing dalam wadah
pengelolaan limbah terpadu.
Keamanan Kota
Variabel keamanan kota bisa jadi yang terpenting. Konflik antar
kampung, tawuran pelajar, isu teroris, kejahatan berencana, pembunuhan,
perampokan; akan bergulir layaknya bola panas yang siap meledakkan tembok kokoh
kemajuan di hadapannya. Para turis tentu akan enggan mengunjungi sebuah kota
yang membahayakan jiwa mereka. Begitu pula para investor, tidak akan pernah ada
niat untuk menanamkan modalnya pada daerah yang kemungkinan untuk suatu
investasi tidak bertahan lama. Faktor keamanan menentukan kenyamanan.
Jika semua variabel bisa diakomodasi dengan baik, bukan tidak
mungkin suatu saat akan banyak sekali turis dari negara lain, termasuk yang
berasal dari Australia, singgah di Kota Transit Bima. Mereka akan menelusuri
jalan-jalan yang ada disini dengan tatapan kagum, seraya berkata “Its
Amazing. Lets Enjoy The New Sydney!”
Tulisan ini telah terbit di rubrik Opini harian Kahaba Online tanggal 12 April 2019 dengan tajuk "Kota Bima dan Impian Tentang Kota Ternyaman di Dunia" (oleh Faqih Ashri).
0 Komentar: