Note:

Sudut Pandang Tentang Perkotaan, Perdesaan, Kewilayahan, dan Segala Dinamika Keruangan yang ada di antaranya.

Peduli

(Disclaimer: Bukan Ahli, Hanya Mencoba Untuk Lebih Peduli)

Mengenai Saya

Foto saya
Father of Two Beloved Son|| Bureaucrat|| Urban and Regional Planner (Master Candidate)|| Content Writer|| Content Creator|| Reading Holic|| Obsesive, Visioner, and Melankolis Man||

Dubai, Smart City Modern yang Mengalihkan Wajah Dunia

By | Leave a Comment


Sunset Kota Dubai (Sumber: Aleksandar Pasaric via pexels)

Perkembangan sebuah kota dapat terjadi dengan bertolak pada rentetan sejarah panjang yang dialaminya. Dubai dalam kurun waktu 60 tahun yang lalu hanya berbentuk sebuah desa gurun tandus di tepi Teluk Persia. Kini, Dubai telah menjelma menjadi salah satu kota paling kaya di dunia (Fadillah, 2019). Perputaran “roda nasib” itu dimulai dengan penemuan sumber energi dari hasil tambang berupa minyak bumi yang tertanam di bawah tanah Kota Dubai. Sheikh Rashid bin Saeed Al-Maktoum dianggap sebagai bapak pembangunan Dubai modern. Dia telah merubah wajah Kota Dubai berbekal potensi minyak yang dihasilkan. Perlahan Dubai berevolusi dari hanya berupa kluster-kluster hunian sederhana di tepi pantai dan sungai, menjadi pusat perdagangan dunia dalam bentuk pelabuhan modern (Shipping Statistics Yearbook, 2007)

Para petinggi Kota Dubai di era modern menyadari bahwa kandungan minyak tidak akan bertahan lama, suatu saat akan habis. Oleh karena itu, dominasi sektor pertambangan mulai disubtitusi kepada sektor real estate, perdagangan, entrepot (bongkar-muat barang), dan layanan keuangan. Pada tahun 2021, Kota Dubai memulai inisiatif “Digital Dubai” dalam rangka mengembangkan dan mengawasi penerapan kebijakan yang terkait dengan teknologi, data, transformasi digital, dan keamanan siber (Digital Dubai, 2021). Solusi kota cerdas ini bermuara pada visi kota yang ingin menjadikan Dubai sebagai kota dengan ekonomi digital yang mendunia, serta menjadi kota paling bahagia di dunia dalam 40 tahun ke depan.


Sekilas Tentang Dubai

Dubai adalah kota terpadat di Uni Emirat Arab (UEA), dan merupakan ibukota dari Emirat Dubai. Kota Dubai secara geografis terletak di sepanjang pantai tenggara Jazirah Arab dan sebelah selatan dari Teluk Persia. Menurut rilis website Mastercard Global Destination Cities Index 2019, diperoleh fakta bahwa Dubai adalah salah satu tujuan wisata paling populer di dunia. Kota ini telah memiliki hotel bintang lima terbanyak kedua di dunia, dan juga bangunan paling tinggi di dunia, yaitu Burj Khalifa. Pendapatan Emirat Dubai berasal dari perdagangan (16%), real estate (22,6%), dan bongkar muat kapal (15%), dan pelayanan keuangan (11%). Sementara pertambangan hanya menyisakan kontribusi 6% di tahun 2006.

Peta Letak Kota Dubai di antara Negara-Negara UEA (Sumber: www.pinhome.com)

Evolusi Kota Dubai dalam Lintasan Sejarah

Berdasarkan fakta yang diungkap pada halaman website Emirates, dapat dianalisa bahwa sejarah panjang telah dijalani oleh Kota Dubai dan sekitarnya, sehingga wilayahnya mendapatkan momentum pertumbuhan yang luar biasa saat ditemukannya potensi tambang minyak. Tahap pertumbuhan itu dapat diuraikan secara detail sebagai berikut.

  • Sejak dahulu kawasan sekitar Kota Dubai telah menjadi rute transit ideal bagi para pedagang jalur laut. Pada abad ke 5-7 Jumeirah menjelma menjadi pelabuhan dagang dari perjalanan saudagar Oman ke Irak. Jenis perdagangan utamanya adalah ikan, perahu, dan pencarian mutiara.
  • Abad ke-16 Portugis tertarik pada rute perdagangan di wilayah tersebut, membawa pengaruh Eropa ke lini kehidupan Dubai.
  • Pada tahun 1793, kekuatan politik dari suku-suku disana saling berebut kekuasaan. Suku Bani Yas sebagai yang terkuat menetap di Abu Dhabi. 
  • Pada tahun 1833, Maktoum bin Butti sebagai pemimpin Bani Yas menyatakan pemekaran Dubai dari Abu Dhabi. 
  • Tahun 1870-an, industri mutiara Dubai berkembang pesat, mengantarkannya menjadi pelabuhan utama yang ramai di Teluk Persia. 
  • Tahun 1902, pedagang Iran dan Arab semakin banyak yang bermigrasi ke Dubai, sehingga makin mempertegas posisi Dubai sebagai pasar terbesar di Arab. 
  • Tahun 1950-an, kandungan minyak mulai ditemukan di negara-negara sekitar Teluk Persia. 
  • Tahun 1960-an, penduduk India dan Pakistan yang bermukim di Dubai semakin meningkatkan pasar tekstil dan  arus pergerakan barang antar negara.
  • Pada tahun 1966, momentum pertumbuhan makin menjadi saat ditemukan ladang minyak di Fateh, Dubai.
  • Pada tahun 1971, negara-negara gencatan senjata bergabung menjadi Uni Emirat Arab dan bergabung dalam Liga Arab. 
  • Pada tahun 1979, Pelabuhan Jebel Ali dan Dubai World Trade Centre sebagai gedung pencakar langit pertama di Dubai, menandakan dimulainya proyek-proyek arsitektur modern selanjutnya. 
  • Tahun 1985, Pelabuhan Jebel Ali diresmikan sebagai Zona Bebas, sehingga makin memicu investasi dari luar negeri. 
  • Tahun 1999, Burj Al-Arab berdiri dan diakui sebagai satu-satunya hotel bintang tujuh dunia. 
  • Tahun 2010, Burj Khalifa menjadi bangunan tertinggi di muka bumi, 830 meter. 
  • Pada tahun 2016, Dubai Water Canal diresmikan. 
  • Tahun 2021, Dubai resmi mengumumkan inisiatif program “Digital Dubai” dengan target menjadi Kota Paling Bahagia di dunia dalam 40 tahun terakhir, sejalan dengan program negara UEA yang memiliki jabatan Menteri Kebahagiaan.
Bangunan Burj Khalifa (Sumber: www.yuktravel.com)

Dubai Sebagai Kutub Pertumbuhan

Kota Dubai tumbuh dan berkembang awalnya disebabkan oleh adanya faktor lokasi strategis di tepi Teluk Persia, disertai dengan potensi alam yang dimiliki berupa sektor perikanan dan perdagangan mutiara. Potensi ini memicu keinginan dari dunia luar untuk ikut berinteraksi melalui jalur perdagangan antar negara yang ramai. Selain itu, kesadaran wilayah-wilayah sekitar untuk bersatu membentuk UEA dan Liga Arab semakin memperkuat kutub-kutub pertumbuhan dan mengurangi kesenjangan ekonomi antar wilayah. Pertumbuhan Kota Dubai semakin melesat dengan ditemukan “harta karun” berupa ladang minyak, sehingga pemasukan kota ini semakin melimpah. Limpahan ekonomi ini digunakan untuk menginvestasikan di sektor real estate, bongkar-muat barang, dan perdagangan.


Dubai dan Faktor Pendukung Perkembangan Wilayah

Menilik dari faktor-faktor pendukung perkembangan wilayah, Kota Dubai dapat dikatakan memiliki semua prasyarat untuk berkembang pesat. Faktor fisik berupa topografi yang datar, letak geografis yang berada di tengah-tengah wilayah yang sama-sama telah berkembang pesat, serta keamanan dari bencana. Faktor kebijakan yang terlihat dari penerapan kebijakan zona bebas, sehingga mempermudah iklim investasi masuk. Faktor potensi ekonomi yang sangat besar dan didukung oleh relasi ekonomi dengan negara-negara UEA dan Liga Arab. Faktor sosial yang berupa kelengkapan fasilitas pelayanan dasar (permukiman, pendidikan dan kesehatan) yang terpenuhi berkat fokus pemerintah yang benar-benar ingin memberikan rasa nyaman dan bahagia bagi seluruh lapisan masyarakat. Faktor sarana pendukung seperti infrastruktur dasar dan digital, serta transportasi yang sangat diperhatikan untuk kelancaran dan kemudahan aksesibilitas dan konektivitas intra dan antar wilayah.


Program Digital Dubai

Sejak awal diluncurkan program ini, Dubai telah menciptakan sekitar 130 terobosan inovasi, namun ada 8 inisiatif utama yang dikedepankan sebagai program Quick Win, yaitu Paperless, Dubai Blockchain Strategy, Startup Support, Smart Cities Global Network, Happiness Agenda, AI Principle & Ethic, AI Lab, dan Data First. Setiap terobosan yang diciptakan ini sangat mendukung seluruh Smart City Readiness yang dibutuhkan oleh sebuah kota untuk menjalankan konsep smart city.

a)  Paperless; strategi untuk mengurangi lebih dari 1 miliar lembar kertas setiap tahun.

b)  Dubai Blockchain Strategy; membentuk masa depan internet dengan transaksi yang lebih sederhana, aman, dan terjamin.

c)  Startup Support; strategi yang berkaitan dengan dukungan untuk inovator di bidang Blockchain untuk dapat menghadirkan teknologi baru untuk digitalisasi Dubai sepenuhnya.

d)  Smart Cities Global Network; jaringan kota-kota smart city internasional yang menawarkan platform global komprehensif untuk saling bertukar pandangan, wawasan, dan ide tentang mekanisme terbaik untuk menerapkan smart city.

e)  Happiness Agenda; strategi memenuhi kebutuhan dasar penduduk kota dengan bantuan teknologi dan inovasi dalam rangka menjadi kota paling bahagia di dunia.

f)   AI Principle & Ethic; pengembangan prinsip dan pedoman penggunaan sistem Artificial Intelligent (AI) untuk memberikan bantuan teknis bagi pengembang dalam bentuk individu, akademisi, maupun organisasi.

g)  AI Lab; Laboratorium untuk mengintegrasikan AI ke seluruh layanan pemerintah dan layanan perkotaan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan masyarakat.

h)  Data First; strategi yang bertujuan untuk mengintegrasikan dan mempercepat proses berbagi data antara pemerintah dan non-pemerintah agar bersinergi dalam pembangunan. 

Dubai Kota Digital Modern (Sumber: www.getlost.id)

Terima kasih telah membaca hingga selesai. Silahkan tinggalkan komentar pada kolom di bawah ini untuk sekedar berdiskusi atau "say hello". Jika Anda tertarik dengan topik-topik tulisan mengenai perkotaan, follow blog ini untuk terus mendapatkan update notifikasi ketika ada tulisan baru dari saya. Sehat dan sukses selalu buat Anda. 


REFERENSI


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 Komentar: