Note:

Sudut Pandang Tentang Perkotaan, Perdesaan, Kewilayahan, dan Segala Dinamika Keruangan yang ada di antaranya.

Peduli

(Disclaimer: Bukan Ahli, Hanya Mencoba Untuk Lebih Peduli)

Mengenai Saya

Foto saya
Father of Two Beloved Son|| Bureaucrat|| Urban and Regional Planner (Master Candidate)|| Content Writer|| Content Creator|| Reading Holic|| Obsesive, Visioner, and Melankolis Man||

Dimensi Human Development Pada Negara Miskin Dunia (Kasus: Nigeria)

By | Leave a Comment
Pembangunan yang berhasil cenderung diasosiasikan dengan pertumbuhan ekonomi, padahal makna pembangunan memiliki dimensi yang sangat luas sesuai dengan hakikat pembangunan itu sendiri (Faqihudin, 2010)[1]. Sehingga output yang dihasilkan dari proses pembangunan seharusnya berupa tingkat kesejahteraan penduduk di suatu negara. Aspek kesejahteraan ini secara holistik ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan (Frisdiantara & Mukhlis, 2016)[2]. Memandang perlunya ketiga aspek tersebut dipenuhi secara bersama-sama, maka UNDP yang merupakan program pembangunan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1990 memperkenalkan indikator yang dikenal sebagai Human Development Index (HDI). Sebelum tahun 1990 para ahli di tataran global selalu mengedepankan pendapatan per kapita. HDI ini dikonsepkan oleh Amartya Sen dan digunakan untuk mengukur tiga dimensi besar; kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran (UNDP, 1990)[3]. Dimensi kesehatan diukur melalui angka harapan hidup masyarakat di saat lahir. Dimensi pendidikan diukur dengan menghitung tingkat harapan sekolah dan rata-rata usia sekolah. Sementara dimensi dari sisi pengeluaran dapat dikuantifikasikan melalui GNI (produk nasional bruto) per kapita.

Nigeria di tahun 2015 menjadi salah satu negara dengan ekonomi paling kuat di Afrika, bahkan telah mengungguli Negara Afrika Selatan. Pakar ekonomi Inggris bernama Jim O’Neill memprediksi Nigeria dan tiga negara lain (Meksiko, Indonesia, dan Turki) akan menjadi negara yang menguasai ekonomi dunia di masa 30-40 tahun lagi[4]. Sektor yang menjadi andalan bagi Nigeria untuk menggenjot PDB negaranya adalah dari sektor minyak dan gas (migas). Walaupun, kemampuan Nigeria dalam menggeser dominasi Afrika Selatan juga diperkuat oleh kemunculan industri-industri potensial baru, antara lain jasa penerbangan, penjualan online, teknologi informasi dan telekomunikasi, dan industri film[5]. Namun faktanya, menurut data Human Development Report Tahun 2020, Nigeria menjadi salah satu negara dengan Low Human Development. Nigeria hanya berada di urutan 161 dari jumlah total 189 negara yang dinilai. Kenyataan ini menjadi semacam anomali mengingat secara ekonomi posisi Nigeria diprediksikan menjadi pemain utama di masa depan.

Sekilas Negara Nigeria

Nigeria merupakan negara berbentuk republik yang terletak di Afrika bagian barat. Nigeria secara administratif di berbatasan dengan Benin di sisi barat, Chad dan Kamerun di sisi timur, sisi utara dan selatannya berturut-turut berbatasan langsung dengan Niger dan Samudera Atlantik[14]. Sistem negara yang berbentuk Republik Federal sehingga Nigeria memiliki sejumlah 36 negara bagian. Keseluruhan negara bagian berpusat pada ibukota negara, yaitu di Abuja. Konsep negara bagian ini menjadi sebuah kendala dalam hal manajemen, karena dari 36 negara bagian dibagi lagi menjadi ke dalam 774 pemerintah daerah. Wilayah negara sebelah utara secara morfologis berbentuk lahan dataran tinggi dengan potensi pengembangan pertanian. Wilayah negara sebelah selatan didominasi dataran rendah dan pantai yang kaya akan bahan baku minyak dan gas. Kemandirian yang belum dicapai oleh negara-negara bagian menciptakan pekerjaan tambahan bagi pemerintah pusat dalam pengelolaan negara.

Gambar 1. Peta Administrasi Nigeria
Sumber : CIA World Factbook

Pada era sebelum penjajahan, Nigeria terdiri dari berbagai etnis dengan keragaman yang tinggi. Pengaruh kedatangan Inggris dan cikal bakal Nigeria yang kini menjadi negara terpadat di Afrika dimulai pada abad sembilan belas. Pasca Perang Dunia Kedua, berbagai aturan atau kebijakan yang dibentuk akhirnya menganugerahkan Nigeria otonomi yang semakin besar. Setelah kemerdekaan di tahun 1960, terjadi gelombang kudeta besar-besaran oleh pemegang kekuasaan di bidang militer. Transisi politik terjadi pada tahun 1998, ketika terjadi kematian seorang pemimpin militer pada tahun 1998. Pada tahun 1999, tercipta sebuah konstitusi baru yang diadopsi dalam masa transisi dari militer menuju pemerintahan sipil.

Tugas berat pemerintah selama beberapa dekade awal pembangunan negara Nigeria yang telah merdeka berupa menciptakan demokrasi secara kelembagaan dan mereformasi ekonomi negara berbasis sektor migas (minyak dan gas). Selama dekade awal tersebut, pendapatan dari migas telah banyak disalahgunakan melalui kasus-kasus korupsi dan penyelewengan yang sangat signifikan menekan pertumbuhan negara. Selain permasalahan politik dan ekonomi, Nigeria secara paralel mengalami ketegangan antar etnis dan agama yang berlangsung dalam jangka waktu lama.

Meskipun pemilihan presiden 2003 dan 2007 dirusak oleh penyimpangan dan kekerasan yang sangat masif, namun Nigeria pada periode itu terjadi masa pemerintahan sipil dengan waktu terlama sejak era kemerdekaan. Pada pemilihan umum 2015 partai oposisi berhasil mengalahkan petahana yang telah lama berkuasa sejak tahun 1999. Terkini, pemilihan presiden dan legislatif yang dilaksanakan pada awal tahun 2019 dianggap telah menerapkan asas bebas dan adil, walaupun pemungutan suara masih tampak tidak teratur, intimidatif, dan masih sarat aroma kekerasan.

Luka Panjang Sejarah

Sisi historis memiliki andil yang sangat besar atas rendahnya konsistensi pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Potensi ekonomi yang bersumber dari Migas di satu sisi mampu mendongkrak ekonomi negara, namun di sisi lain banyak sekali faktor non-ekonomi yang mereduksi potensi besar tersebut. Kondisi ini tentu berdampak pula pada perkembangan sektor pendidikan dan kesehatan yang notabene merupakan dimensi-dimensi penyusun Indeks Pembangunan Manusia. Keragaman etnis dan agama yang ada di Nigeria belum mampu dimanfaatkan sebagai sebuah kekuatan, justru masih menjadi faktor penghambat kemajuan. Kondisi ini sudah “tertanam” sejak era penjajahan oleh Kolonial Inggris. Satu sisi Inggris mengeksploitasi besar-besaran sektor industri dan perdagangan, sementara di sisi lain Inggris pula menjalankan konspirasi dualisme dalam tubuh rakyat Nigeria[17].

Salah satu yang paling membekas dalam konteks geo-politik di Nigeria adalah pembagian wilayah untuk penduduk beragama Islam dan Kristen. Penduduk Muslim ditempatkan di wilayah Nigeria bagian utara, sedangkan penduduk yang beragama Kristen diarahkan untuk menghuni wilayah Nigeria bagian selatan. Berdasarkan potensi alamnya, terlihat jelas wilayah bagian selatan (terutama kawasan delta) memiliki sumber daya alam yang lebih melimpah dibanding wilayah utara. Selain konspirasi geo-politik, Inggris juga mempersulit setiap kali warga Muslim ingin membangun sarana peribadatan. Sedangkan perlakuan mereka terhadap warga Kristen sangat berbeda.

Gambar 2. Nigeria Travel Advice

Bila melihat peta travel advice diatas, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh wilayah yang ada di Nigeria tidak disarankan untuk dijadikan lokasi perjalanan atau pun dikunjungi. Warna merah menunjukkan wilayah-wilayah yang sama sekali harus (wajib) dihindari dalam melakukan perjalanan. Warna orange diarahkan untuk mempertimbangkan lagi jika ingin melakukan perjalanan ke wilayah-wilayah tersebut. Sedangkan waran kuning merupakan wilayah-wilayah yang diperbolehkan untuk dilakukan perjalanan, tetapi dengan syarat tetap meningkatkan kewaspadaan diri dan keluarga.

Nigeria baru saja mendapatkan kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1960. Sejak awal kemerdekaan hingga tahun 2015, Nigeria tidak kunjung mampu menciptakan iklim negara yang kondusif, walaupun selama periode tersebut telah berganti presiden sebanyak 12 kali. Setiap kali pergantian presiden, setiap kali itu pula gelombang kudeta terhadap presiden terjadi. Sentimen pemimpin atas dasar agamanya pun menjadi bola salju yang terus membesar dari tahun ke tahun tanpa ada solusi yang berarti.

Pada periode Presiden Alhaji Shehu Shagari tahun 1979-1983 merupakan sejarah munculnya fenomena Oil Boom[18]. Nigeria mendapat limpahan potensi sumber minyak dan gas yang seakan tidak pernah habis. Isu tentang lonjakan devisa negara oleh sektor Migas ini membuat pemerintah sudah tidak fokus lagi menggarap sektor pertanian, yang selama ini menjadi sumber pendapatan utama negara. Penduduk-penduduk desa yang selama ini menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, akhirnya berbondong-bondong melakukan urbanisasi ke perkotaan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Sektor pertanian dinilai gagal total ketika akhirnya pemerintah mulai menerapkan kebijakan impor bahan makanan pokok. Ironisnya lagi, potensi minyak dan gas yang dapat dieksplorasi tersebut tersebar dominan di wilayah Nigeria selatan. Hal ini kemudian memunculkan kesenjangan yang semakin meluas, baik dari sisi pendidikan, ekonomi, maupun infrastruktur. Terbukti bahwa tingkat kemiskinan penduduk di Nigeria Utara lebih kurang dua kali lipat dari wilayah Nigeria Selatan[19]. Titik balik terjadi pada tahun 2010 ketika presiden Goodluck Jonathan terpilih untuk memimpin Nigeria. Jonathan kemudian berusaha sekuat tenaga mengembalikan kejayaan sektor pertanian, sehingga bisa mengimbangi sektor pertambangan[20]. Presiden Jonanthan akhirnya menerbitkan Transformation Agenda bidang pertanian yang bermaksud untuk mengurangi ketergantungan negara pada sektor pertambangan. Jika suatu saat ekonomi berubah, maka akan ada alternatif yang baik untuk mejadi pelapis basis ekonomi yang mengalami keterpurukan.

Nilai IPM Rendah

Kemajuan sebuah negara sejatinya tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, namun lebih dari itu sangat ditentukan oleh faktor kapabilitas sumber daya manusia yang tersedia. Kita bisa mengambil contoh pada negara-negara ”ring satu” dalam perekonomian dunia, seperti Amerika, Inggris, Perancis, Singapura, Korea Selatan, China, dan Jepang; tentang bagaimana strategi mereka mengelola potensi Sumber Daya Manusia-nya.

Ketiga dimensi IPM berupa pendapatan, pendidikan, dan kesehatan saling terkait antara satu dengan yang lain. Pendidikan yang baik sangat berpengaruh pada pola pikir, wawasan, dan tingkat kecerdasan dalam pengambilan keputusan. Semakin banyak yang berpendidikan tinggi, maka semakin besar kesempatan memperoleh pekerjaan yang layak. Jika pekerjaan yang layak sudah diperoleh, maka penghasilan tinggi bisa menjamin akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai.

Negara-negara dunia ketiga yang biasanya negara bekas jajahan (kolonial) pada awal kemerdekaan relatif sulit untuk menyeimbangkan antara pembangunan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia. Umumnya yang diprioritaskan terlebih dahulu adalah pembangunan ekonomi, yang lebih dikenal sebagai production-centered development. Upaya ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan ekonomi, karena negara-negara dunia ketiga meyakini pertumbuhan ekonomi menjadikan trickle-down effect bagi seluruh lapisan masyarakat. 

Ternyata, pembangunan tidak melulu berkaca pada kemampuan ekonomi. Indikator IPM melihat sudut pandang yang lebih kompleks, sebagai ukuran kemajuan sebuah negara secara global. Indikator utama yang dijadikan dasar bagi United Nations Development Programme (UNDP) dalam mengukur kemajuan suatu bangsa sejak tahun 1990 adalah angka harapan hidup pada waktu lahir (life expectancy at birth), tahun sekolah yang diharapkan (expected years of schooling), rata-rata tahun sekolah (mean years of schooling), dan Pendapatan Nasional Bruto (GNI) per kapita. Terbukti berdasarkan laporan UNDP 2020, posisi Nigeria berada di urutan 161 dari total 189 negara. Sementera Singapura berada di urutan 11, Jepang (19), Korsel (23), dan Turki (54), Indonesia (107), dan India (131).

Gambar 3. Ranking HDI Nigeria 2020
Sumber : HDR 2020

Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) menurut BPS[21] dapat dimaknai sebagai nilai rerata banyak tahun yang diperkirakan akan ditempuh oleh seseorang sejak lahir. Semakin tinggi AHH bayi ketika lahir di suatu negara, maka tingkat kesehatan di negara tersebut semakin baik. AHH disini sangat berkaitan erat dengan tingkat kesehatan ibu dan anak, sehingga tidak dapat dipisahkan dari Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)[22]. Angka Harapan Hidup ini dapat dilakukan dengan pendekatan tidak langsung. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan data Angka Lahir Hidup (ALH) dan Angka Masih Hidup (AMH). Perhitungan dilakukan dengan alat Micro Computer Program for Demographic Analysis (MCPDA) atau biasa disebut Mortpak. Hasil perhitungan AHH untuk Nigeria dalam laporan UNDP menunjukkan nilai 54,7 (tahun). Fakta ini menunjukkan bahwa secara rata-rata bayi yang baru lahir pada tahun 2020 memiliki peluang untuk bertahan hidup sampai dengan usia 54,7 tahun. Jika dibandingkan dengan nilai AHH terbaik yang diperoleh Hongkong (84,9 tahun), maka Nigeria terhitung memiliki selisih 35,57 persen atau terpaut 30,2 tahun rata-rata peluang penduduknya untuk bertahan hidup.

Indikator expected years of schooling (HLS) menurut BPS[10] diartikan sebagai lamanya sekolah yang diimpikan untuk diperoleh anak usia tertentu di masa depan. Fungsi penting bagi indikator ini adalah untuk memahami kondisi pendidikan di suatu negara dari berbagai jenjang. Perhitungan untuk mendapatkan nilai Harapan Lama Sekolah ini dilakukan terhadap penduduk berumur 7 tahun keatas (disesuaikan dengan usia wajib belajar). Nilai ambang untuk HLS berkisar antara 0-18 tahun. Hasil perhitungan HLS untuk Nigeria dalam laporan UNDP menunjukkan nilai 10 (sepuluh). Fakta ini menunjukkan bahwa secara rata-rata anak usia 7 tahun yang masuk ke jenjang pendidikan formal pada tahun 2020 berpeluang untuk menjalani sekolah selama 10 tahun, atau setara dengan sekolah menengah atas. Jika dibandingkan dengan nilai HLS terbaik yang diperoleh Australia (22 tahun), maka Nigeria terhitung memiliki selisih 54,54 persen atau terpaut 12 tahun rata-rata harapan untuk penduduknya sekolah lebih lama.

Indikator mean years of schooling (RLS) masih satu yang sama dengan HLS, yaitu pada dimensi pendidikan. RLS menurut pengertian dari BPS[22] dapat diartikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh rakyat suatu negara dalam menempuh pendidikan secara formal. Estimasi seorang siswa menamatkan pendidikan SD adalah selama 6 tahun, lulus jenjang SLTP dianggap selama 9 tahun, dan lulus SLTA diasumsikan selama 12 tahun, dengan catatan siswa tersebut selalu naik kelas. Perhitungan RLS diterapkan kepada warga negara yang berada pada rentang usia diatas 25 tahun, karena diasumsikan pada usia tersebut seseorang telah menyelesaikan pendidikan formalnya[23]. Ambang batas nilai dari RLS ini berkisar antara 0-15 tahun. Hasil perhitungan RLS untuk Nigeria dalam laporan UNDP menunjukkan nilai 6,7 tahun. Fakta ini menunjukkan bahwa secara rata-rata penduduk Nigeria yang berumur diatas 25 tahun telah menempuh pendidikan selama 6,7 tahun atau telah menamatkan Sekolah Dasar (SD). Jika dibandingkan dengan nilai RLS terbaik yang diperoleh Jerman (14,2 tahun), maka Nigeria terhitung memiliki selisih 52,81 persen atau terpaut 7,5 tahun untuk lama waktu sekolah penduduknya.

Indikator Pendapatan Nasional Bruto (GNI) per kapita dihitung menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita konstan (riil) yang dikonfrontasikan dengan data paritas daya beli (purchasing power parity)[24]. Hasil perhitungan GNI per kapita untuk Nigeria dalam laporan UNDP menunjukkan nilai 4.910 USD. Fakta ini menunjukkan bahwa pengeluaran per kapita riil atas dasar harga konstan untuk Nigeria sebesar 4.910 USD. Jika dibandingkan dengan nilai GNI per kapita terbaik yang diperoleh Liechtenstein (131.032 USD), maka Nigeria terhitung memiliki selisih 96,25 persen atau terpaut 126,122 persen rata-rata pengeluaran per kapita warga negaranya.


Terima kasih telah membaca hingga selesai. Silahkan tinggalkan komentar pada kolom di bawah ini untuk sekedar berdiskusi atau "say hello". Jika Anda tertarik dengan topik-topik tulisan mengenai perkotaan, follow blog ini untuk terus mendapatkan update notifikasi ketika ada tulisan baru dari saya. Sehat dan sukses selalu buat Anda.


REFERENSI
  • [1]Faqihudin, 2010, ‘Human Development Index (HDI) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia’. Prodi Manajemen FE. UPS Tegal diakses tanggal 13 Desember 2021.
  • [2]Frisdiantara, C & Mukhlis, I 2016, ‘Ekonomi Pembangunan: Sebuah Kajian Teoritis dan Empiris’. Lembaga Penerbitan Universitas Kanjuruhan Malang.
  • [3]UNDP, 1990, ‘Human Development Index (HDI)’. http://hdr.undp.org/en/content/human-development-index-hdi?utm_source=EN&utm_medium=GSR&utm_content=US_UNDP_PaidSearch_Brand_English&utm_campaign=CENTRAL&c_src=CENTRAL&c_src2=GSR&gclid=CjwKCAiA-9uNBhBTEiwAN3IlNFhmuX328nAs3R3tB1hvsG00L_D9bpvSUYVVlegQ4bqQJ-m12ii37BoCEBwQAvD_BwE diakses tanggal 13 Desember 2021.
  • [4]Kemenkeu, 2014, ‘Indonesia Diprediksi Jadi Raksasa Baru Ekonomi Dunia’. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/indonesia-diprediksi-jadi-raksasa-baru-ekonomi-dunia/ diakses tanggal 13 Desember 2021.
  • [5]Djibril, M 2013, ‘Nigeria Berpeluang Jadi Kekuatan Ekonomi Terbesar di Afrika’, https://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/11/13/mw7091-nigeria-berpeluang-jadi-kekuatan-ekonomi-terbesar-di-afrika diakses tanggal 13 Desember 2021.
  • [14] Indexmundi, 2021, ‘Nigeria’, https://www.indexmundi.com/nigeria/, diakses tanggal 13 Desember 2021
  • [17] Yunif, FA 2016, ‘Konflik Politik Pasca Pemilu 2011 di Nigeria’, http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/58969/Fradana%20Anantara%20Yunif.pdf?sequence=1 diakses tanggal 13 Desember 2021.
  • [18]. Pre oil boom era (1960-1970), 2000, ‘Online Nigeria’,http://www.onlinenigeria.com/links/economyadv.asp?blurb=489, diakses tanggal 13 Desember 2021.
  • [19] Rofita, FN 2014, ‘Federation of Muslim Women’s Associations in Nigeria (FOMWAN) Studi Perjuangan Pendidikan dan Kesehatan Perempuan’, Skripsi, Surabaya: Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI), Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, hal.16,http://digilib.uinsby.ac.id/373/5/Bab%202.pdf diakses tanggal 13 Desember 2021.
  • [20]. Akinwumi, A 2013, ‘Agricultural Transformation Agenda Mid-Term Report Score Card, Federal Ministry of Agriculture and Rural DevelopmentAdesina’, Federal Government of Nigeria.[21] BPS, 2015, ‘Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)’,https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/1060 , diakses tanggal 13 Desember 2021.
  • [22] Randy, P 2012, ‘Cara Mendapatkan Angka Harapan Hidup’, http://mentarandyy.blogspot.com/2012/02/cara-mendapatkan-angka-harapan-hidup.html diakses tanggal 13 Desember 2021.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 Komentar: