Note:

Sudut Pandang Tentang Perkotaan, Perdesaan, Kewilayahan, dan Segala Dinamika Keruangan yang ada di antaranya.

Peduli

(Disclaimer: Bukan Ahli, Hanya Mencoba Untuk Lebih Peduli)

Mengenai Saya

Foto saya
Father of Two Beloved Son|| Bureaucrat|| Urban and Regional Planner (Master Candidate)|| Content Writer|| Content Creator|| Reading Holic|| Obsesive, Visioner, and Melankolis Man||

Kota Bima: Potensi yang Terasa Biasa Bisa Jadi Istimewa

By | Leave a Comment

 


Kota Bima adalah kota kecil di ujung timur Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kota ini terbentuk dari hasil pemekaran daerah Kabupaten Bima di tahun 2002. Luasnya hanya sekitar 222,2 kilometer persegi, yang terbagi ke dalam 5 kecamatan. Data BPS menunjukkan jumlah penduduk di angka 156 ribu jiwa. Pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi bisa mencapai angka 5 persen, dengan sektor perdagangan, perkantoran, dan perikanan sebagai sektor andalan. 


Entah mengapa saya merasa beruntung bisa tinggal dan hidup di kota kecil namun dengan geliat ekonomi yang cukup tinggi. Banyak sekali yang bisa kita syukuri. Luas wilayah yang kecil dengan kepadatan penduduk yang belum sekompleks kota besar, jumlah kendaraan pun tidak sampai menyebabkan kemacetan, ditambah pula dengan kondisi daerah yang masih kental dengan nuansa agama. Jumlah penduduk dapat dikatakan sebagai sumber utama permasalahan kota yang lebih kompleks. Banyak kepala, banyak keinginan. Banyak kepala, banyak pula ragam yang dilakukan. Akhirnya pemerintah sulit untuk mengawasi dan mengatur semuanya. 


Saya hanya ingin mengatakan, mumpung kota ini luas wilayahnya kecil, seharusnya kita lebih mudah mengurusnya. Setiap permasalahan yang terjadi di pojok kota, bisa kita teropong dengan detail untuk menentukan solusi yang tepat. Pemerintah bisa dengan leluasa melakukan mobilisasi perangkat kerjanya dalam mengawasi setiap permasalahan yang terjadi. Kini, pemerintah juga bisa menggunakan teknologi yang sudah sedemikian canggih, untuk membantu memantau tanpa harus mengeluarkan effort yang tinggi dari sisi tenaga, pikiran, dan pendanaan. 


Mumpung letak kota ini berada di tengah jajaran pegunungan dan keindahan teluk, seharusnya kita bisa berbangga dengan ribuan peluang pengembangannya. Kota Bima adalah kota pesisir yang sangat indah dan mengagumkan. Keindahannya hanya belum dipoles dengan maksimal untuk mendapatkan "nama besar" seperti Labuan Bajo. Jika ke depannya kota ini bisa diarahkan untuk memiliki visi pengembangan sebagai kota transit, dan pemerintah fokus kesana, maka tidak menutup kemungkinan "mutiara" ini akan menunjukkan sinarnya.


Mumpung kota ini jumlah penduduknya sedikit, seharusnya setiap "teriakan" masyarakat lebih mudah terdengar. Setiap komplain seharusnya tidak sekompleks kota-kota besar. Kita bisa mengkategorikan dengan cepat tipe masalah yang ada. Ini adalah suatu anugerah tersendiri. Penduduk yang cenderung masih homogen bisa dipetakan kebutuhannya jauh lebih mudah. Penduduk dapat dilibatkan dalam proses perencanaan. Penduduk dapat diberikan berbagai fasilitas kebutuhan dasarnya. Pemerintah bisa juga melakukan tindakan antisipatif berupa perencanaan untuk jangka panjang, jika proyeksi penduduk semakin meningkat. 


Penduduk yang belum banyak sudah pasti sebanding dengan jumlah kendaraan yang beredar. Kendaraan bermotor sebagai penyumbang utama emisi karbon rasionya masih sesuai dengan jumlah panjang jalan kota. Mumpung jumlah kendaraan belum membludak dan memadati jalanan, seharusnya kita bisa menyatukan persepsi untuk membatasi sebaran dan penggunaannya secara pribadi. Banyak sekali ragam instrumen yang dapat digunakan, dalam bentuk aturan dan kebijakan serta aplikasinya di lapangan.


Jumlah penduduk yang ada di kota ini juga lebih didominasi oleh kelompok usia produktif. Walaupun jumlah penduduk suatu daerah banyak, namun jika didominasi oleh kelompok usia tidak produktif, maka akan percuma. Roda perkembangan daerah akan berputar sangat lamban. Nah, mumpung komposisi pemuda produktif kota kita lebih banyak dari pada orang-orang tua, seharusnya mudah untuk kita menyatukan semangat untuk kemajuan yang positif dan progresif. Penyediaan lapangan kerja yang dibarengi dengan penanaman semangat entrepreneurship dan penguatan permodalan pada kalangan pemuda akan sangat membantu menciptakan investasi ekonomi yang berkelanjutan.


Jenis kejahatan yang terjadi di kota kecil pun belum sekompleks kota besar. Masyarakat masih belum banyak mengenal kejamnya bertahan hidup dengan pilihan-pilihan hidup yang rumit seperti di kota besar. Mumpung belum banyak pemuda yang terjerat kasus-kasus perilaku negatif, seharusnya mudah untuk kita membalikkan harapan dan tujuan mereka di masa depan. Investasi pada pendidikan moral pemuda bisa ditanamkan sejak dini dan diawasi dampaknya dengan evaluasi secara kontinyu. Kota kita masih kental dengan nuansa agama dan budaya. Ini modal yang sangat istimewa untuk komutmen pendidikan moral pemuda.


Mumpung kota adalah milik kita bersama, kita seharusnya mampu untuk tidak bersikap individualistik, membawa segala kemungkinan-kemungkinan tadi dalam upaya bersama memajukan apa yang menjadi milik kita ini; anugerah wilayah, anugerah masyarakat, anugerah pemuda produktif, anugerah nuansa agama dan budaya. Pada akhirnya, kita bisa berbangga untuk terus menjadi kota kecil namun berpola pikir kota maju.


Terima kasih telah membaca hingga selesai. Silahkan tinggalkan komentar pada kolom di bawah ini untuk sekedar berdiskusi atau "say hello". Jika Anda tertarik dengan topik-topik tulisan mengenai perkotaan, follow blog ini untuk terus mendapatkan update notifikasi ketika ada tulisan baru dari saya. Sehat dan sukses selalu buat Anda. 


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 Komentar: