Note:

Sudut Pandang Tentang Perkotaan, Perdesaan, Kewilayahan, dan Segala Dinamika Keruangan yang ada di antaranya.

Peduli

(Disclaimer: Bukan Ahli, Hanya Mencoba Untuk Lebih Peduli)

Mengenai Saya

Foto saya
Father of Two Beloved Son|| Bureaucrat|| Urban and Regional Planner (Master Candidate)|| Content Writer|| Content Creator|| Reading Holic|| Obsesive, Visioner, and Melankolis Man||

Habitabilitas di Ujung Tanduk: Usaha Detroit Lepas dari Predikat Kota Bangkrut

By | Leave a Comment

 

Contoh bangunan kosong yang ada di Detroit (Michigan Central Station yang sudah berdiri sejak 1913)

Jika pada topik sebelumnya saya sudah membahas tentang Kota Toronto (Kanada), sekarang kita bergeser ke Kota Detroit (USA) yang notabene berbatasan darat langsung dengan Kanada. Permasalahan yang terjadi di Detroit ini terbilang sangat memprihatinkan. Kota yang sudah berdiri sejak tahun 1701 itu mengalami fenomena instabilitas dan habitabilitas di beberapa dekade terakhir. Padahal kota ini pernah memegang predikat sebagai kota terkaya di Amerika Serikat. Kala itu Detroit menjadi pusat produksi otomotif ternama. Lonjakan permintaan pasar di sektor otomotif membuat lahan-lahan Detroit dipenuhi dengan pabrik-pabrik berskala besar. Namanya kota industri, pasti sangat mudah dalam memacu pertumbuhan sebuah daerah. Begitu pula halnya yang terjadi pada Detroit. Kemegahan yang diemban selama berabad-abad lamanya, harus termakan oleh “proses alamiah” kotanya sendiri. Kota ini berangsur-angsur ditinggalkan oleh para penghuninya, terutama di Kawasan tengah kotanya. Kota ini pernah mencapai jumlah penduduk 1,85 juta jiwa di tahun 1950-an, namun hanya menyisakan 600 ribuan jiwa di tahun 2020. Hampir berkurang sepertiga dari penduduknya! Jika di Indonesia orang-orangnya sering ribut karena kekurangan lahan akibat pertumbuhan penduduk yang selalu “surplus”, maka di Detroit malah penduduknya pergi untuk meninggalkan rumah-rumah mereka dengan sukarela.  Apa yang sebenarnya melatarbelakangi kondisi yang memprihatinkan tersebut?


Awal Terjadinya Masalah Habitalitas

Detroit sejak awal berdirinya telah bertumpu pada industri otomotif untuk melejitkan ekonomi wilayahnya. Bayangkan ketika pabrik-pabrik otomotif itu akhirnya mengalami “kelesuan” dan pabrik-pabrik banyak yang dipindahkan ke kota lain. Apa dampaknya? Ekonomi kota itu akhirnya lumpuh. Tentu saja minggatnya berbagai perusahaan tersebut bukan menjadi faktor satu-satunya yang memicu ditinggalkannya kota. Selain itu, masalah tingginya angka kriminalitas dan tingginya gesekan sosial antara penduduk kulit hitam dan kulit putih ikut memperuncing masalah yang ada. Kriminalitas tidak akan jauh akarnya dari kemiskinan. Benar saja, banyak sekali warga yang tergolong miskin karena tidak mampu menyesuaikan dengan standar hidup yang ada. Oleh karena banyak masyarakat miskin, maka pemerintah kota akan habis-habisan dalam memberikan subsidi pendidikan, kesehatan, dan jaminan hari tua. Tingginya pajak yang ditarik tidak sebanding dengan fasilitas dasar yang diberikan kepada masyarakat. Predikat “kota bangkrut” semakin pantas untuk disematkan pada kota ini.



Sepi dari Minat Investor

Apa yang akhirnya diharapkan dari kota besar nan jaya di zaman dahulu namun berangsur-angsur ditinggalkan oleh penduduknya karena tumpukan masalah? Kota tua dengan ribuan bangunan menjulang yang kosong. Bayangkan saja menurut laporan dari Huff Post, bangunan kosong yang tak berpenghuni di sana mencapai angka 78 ribu bangunan! Penghuninya tidak mempertimbangkan harga rumah yang ditinggalkan lagi, karena memang kenyamanan sudah pasti tidak diperoleh dalam kotanya. Para investor tidak akan ada yang tertarik untuk menanamkan sahamnya. Mereka akan berpikir puluhan kali untuk datang dan merenovasi bangunan-bangunan tua yang pasti akan menelan banyak biaya. Permasalahan lingkungan hidup sudah pasti akan terjadi dengan bangunan-bangunan terbengkalai lama, ditambah dengan kota yang telah menjelma sebagai “sarang penyamun” itu.


Munculnya Program Perumahan dari Pemerintah

Pemerintah setempat tentu selalu berpikir ekstra agar permasalahan yang semakin “di ujung tanduk” ini dapat ditemukan solusi terbaiknya. Sejauh ini pemerintah kota telah meluncurkan program-program seperti: rumah terjangkau, rehabilitasi rumah, dan peningkatan kualitas lingkungan perumahan. Beberapa proyek strategis yang dilakukan setidaknya berhasil menahan penduduk untuk tidak keluar dari kota. Lingkungan yang telah ditata perlahan membuat penduduk percaya bahwa kota ini bisa keluar dari jurang keterpurukan. Pemerintah mulai melakukan pengaturan kembali kebijakan kota terkait penyediaan perumahan murah dan dukungan finansial untuk masyarakat setempat. Pemerintah daerah berusaha meyakinkan sektor swasta dan NGO besar untuk ikut membantu kota dalam menyelesaikan permasalahan bersama mereka. Bukan tidak mungkin bahwa penduduk-penduduk yang memutuskan untuk keluar dari kota itu adalah juga merupakan keluarga dan kerabat dari para pemilik perusahaan swasta dan NGO setempat. Pemerintah juga menyadari tantangan seperti penyediaan kembali infrastruktur, kepastian pasar perumahan, dan kepastian pembiayaan juga harus segera diatasi.



Sejarah kelam Kota Detroit yang ditinggalkan warganya seharusnya bisa perlahan dihapuskan dari memori penduduknya di masa kini, dengan gerakan dan gebrakan bersama seluruh stakeholders kotanya. Hunian di tengah kota akan kembali ramai jika sudah ada kejelasan tentang kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat, baik dari sisi fisik, sosial, maupun lingkungannya. Sebab, lingkungan perkotaan bukan sekedar kumpulan bangunan-bangunan kaku tak berpenghuni seperti dalam “Games Monopoly”, namun di dalamnya harus ada interaksi, komunikasi, dan mobilisasi orang dan barang.

------------------------

Terima kasih sudah membaca sampai tuntas. Kalau ada yang ingin didiskusikan, silahkan tinggalkan komentar di kolom yang tersedia di bawah. Dengan senang hati, akan ditanggapi. ^-^

-------------------------

Note:

Sumber Foto: [Klik pada setiap fotonya]

Sumber bacaan: [https://www.spur.org/news/2023-07-17/making-detroit-home-addressing-challenges-housing-stability-and-habitability]

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 Komentar: