Pengantar
Riverfront city, atau kota di pinggir sungai, merupakan sebuah konsep perencanaan kota yang mengarah pada pemanfaatan potensi luar biasa yang dimiliki oleh aliran sungai untuk membangun kawasan kota yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan menarik bagi penduduk maupun para pengunjung. Banyak sekali potensi terpendam yang dimiliki oleh sungai. Aliran sungainya sendiri dapat dimanfaatkan sebagai “sirkuit” bagi moda transportasi air yang sangat berkelanjutan, bisa menjadi sarana atraksi dan rekreasi. Sementara tepi sungainya memiliki daya tarik unik yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan ruang terbuka publik, membangun fasilitas rekreasi, wadah ekpresi diri, dan masih banyak lagi. Bayangkan, saat ini kita selalu mencari-cari sarana atraksi seperti “arum-jeram” di berbagai kota yang sudah terkenal, namun kita lupa akan kondisi sungai-sungai di daerah sendiri. Betapa berpotensinya ketika sungai kita direvitalisasi.
Tepi sungai sebenarnya merupakan
aset berharga yang sering kali terabaikan dalam perencanaan kota. Padahal
sungai dapat menjadi pusat kehidupan urban,
menghubungkan berbagai area dalam kota, dan menawarkan suasana yang unik. Ruang
terbuka di tepi sungai memberikan kesempatan bagi penduduk untuk bersantai,
berolahraga, berinteraksi, dan merasakan suasana alami tanpa harus meninggalkan
kota. Betapa indahnya suasana kota yang di dalamnya mengalir sungai-sungai
bersih nan asri, kemudian sungai-sungai itu menjadi prioritas dalam
penggunaannya dalam hampir setiap denyut aktivitas penduduk, tidak hanya
menjadi “bagian belakang” rumah yang terabaikan
Beragam Manfaat Penerapan Konsep
River-Front City
Salah satu manfaat utama yang
bisa dirasakan dalam mengembangkan riverfront
city adalah dari sisi lingkungannya. Konsep ini mengamanatkan untuk menjaga
dan meningkatkan kualitas ekosistem sungai. Langkah-langkah yang biasanya
mengiringinya antara lain berupa penanaman vegetasi alami, pembuatan jalur
hijau, dan pelestarian habitat satwa liar. Itu semua menjadi langkah penting
dalam menjaga keseimbangan ekologis. Selain itu, program-program di permukiman
juga mau-tidak mau juga harus diintegrasikan dengan sungai, seperti program
pengelolaan air dan sanitasi. Tidak mungkin kita mengadakan program sanitasi,
namun pipa pembuangannya masih dialirkan ke sungai, kan? Pipanya tetap harus
bermuara pada tangki septik yang sehat dan bersertifikasi. Begitu pula dengan
program air bersih. Tidak mungkin kita membiarkan masyarakat masih menggunakan
air sungai untuk mencuci, mandi, dan minum. Sumber air murni dari pegunungan
harus dialirkan ke rumah-rumah penduduk dengan lancar dan higenis.
Konsep Riverfront city dapat mengaktifkan penggunaan transportasi air,
yang tidak hanya dapat mengurangi kemacetan dan polusi udara, tetapi juga
memberikan pengalaman unik dalam berpergian di dalam kota. Pemerintah daerah
setempat perlu merencanakan pelabuhan penumpang dan pengembangan jalur air yang
efisien, sehingga tercipta integrasi moda angkutan sungai dari hulu ke hilir.
Selain itu, jalur menepi ke bibir sungai juga harus dipastikan banyak tersedia,
sehingga penduduk dapat dengan mudah menikmati fasilitas dan ruang terbuka yang
disediakan di tepi sungai.
Rambu Perencanaan Berkelanjutan dan Partisipasi Masyarakat
Menerapkan konsep Riverfront City pada kota-kota di
Indonesia memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif dalam
perencanaan perkotaan, lingkungan hidup, serta kualitas hidup masyarakat.
Namun, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dengan
cermat ketika mengadopsi konsep ini ke dalam konteks Indonesia. Sebab kita di
Indonesia memiliki karakter khas, baik perkotaannya maupun masyarakat yang berinteraksi
di dalamnya.
1. Keanekaragaman
Budaya dan Karakter Kota
Indonesia
memiliki keanekaragaman budaya dan karakter kota yang khas. Saat menerapkan
konsep Riverfront City, penting untuk
mempertimbangkan identitas budaya, sejarah, dan ciri khas setiap kota dalam
kontek lokalitas. Pengembangan yang menghormati dan memadukan elemen-elemen
budaya setempat akan menciptakan ruang yang lebih autentik dan terkoneksi
dengan masyarakat. Sehingga setiap daerah memiliki sesuatu yang memorable bagi pengunjung, serta makin
dicintai dan dijaga oleh masyarakat setempat.
2. Masalah Lingkungan dan Konservasi
Beberapa kota di Indonesia menghadapi masalah lingkungan yang serius, seperti pencemaran sungai, kekeringan, bahkan banjir. Ketersediaan air menjadi kata kunci dalam keberlanjutan sebuah kota. Konsep Riverfront City harus menyertakan solusi yang mendukung konservasi alam dan menjaga kualitas air. Sehingga ketika kekeringan masyarakat tetap memiliki cadangan sumber air, sementara ketika air hujan berlebih pun tidak menyebabkan permasalahan banjir. Pengelolaan air yang bijaksana dan perawatan ekosistem sungai pasti menjadi elemen penting dalam implementasi konsep ini.
3. Partisipasi Masyarakat
Pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengembangan riverfront city tidak boleh diabaikan. Melibatkan penduduk sejak awal dapat menghasilkan solusi yang lebih baik, mengatasi masalah yang ada, dan memastikan bahwa proyek tersebut sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi komunitas. Partisipasi masyarakat adalah kunci dalam pengembangan Riverfront City yang sukses di Indonesia. Melibatkan penduduk sejak awal perencanaan akan membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan lokal, serta mengurangi potensi konflik atau penolakan terhadap proyek. Masyarakat tradisional yang telah berpuluh-puluh tahun hidup di sekitar bantaran sungai umumnya memiliki imunitas yang tinggi terhadap rencana revolusioner untuk mengelola pesisis sungai. Pemerintah harus memastikan bahwa penduduk memiliki suara dalam pengambilan keputusan dan memahami manfaat yang akan diperoleh, sehingga masyarakat semakin merasa memiliki, bukan malah skeptis dan membenci pembangunan.
Riverfront City tidak hanya menciptakan ruang publik yang indah sebagai wadahh interaksi masyarakat, tetapi juga berpotensi untuk meningkatkan ekonomi lokal dan memberikan dampak sosial yang positif. Pengembangan ussaha komersial dan peningkatan sektor pariwisata dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi kota serta memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk.
4. Pengembangan Infrastruktur dan Aksesibilitas
Indonesia memiliki
tantangan dalam infrastruktur dan aksesibilitas, sebab negara kepulauan dengan
pulau yang sangat banyak. Konsep Riverfront
City harus mencakup rencana untuk infrastruktur transportasi yang
mendukung, seperti jalur pejalan kaki, sepeda, dan transportasi air. Percuma
jika jalur transportasi sungai dan infrastruktur sudah dibangun, namun tidak
digunakan, hanya karena pembangunan dilakukan secara parsial. Pengembangan Riverfront
City ini harus mengintegrasikan kebutuhan penduduk dan dapat melayani seluruh
lapisan masyarakat dengan inklusif.
Keberhasilan Detroit Sebagai River-Front
City
Selama beberapa dekade, tepi
sungai Detroit ditandai dengan kumpulan bangunan-bangunan industri yang sudah
tidak terawat, area parkir, dan akses publik yang terbatas. Pada tahun 2003,
kolaborasi antara Kresge Foundation,
Kota Detroit, dan General Motors menyebabkan pembentukan DRFC dengan tujuan
menciptakan jalur pejalan kaki yang ramah bagi pejalan kaki di tepi sungai.
Melalui investasi $25 juta dari General
Motors dan hibah $50 juta yang luar biasa dari Kresge Foundation, DRFC berhasil mengubah lima setengah mil tepi
sungai menjadi ruang yang dipenuhi dengan taman, lapangan, dan area hijau yang
ramah bagi pejalan kaki.
Keberhasilan DRFC adalah bukti dari kekuatan
kolaborasi lintas sektor dan upaya sustainability
dana jangka panjang. Lebih dari $1 miliar dana yang berhasil dihimpun pada
tahun 2013, dan lebih dari $200 juta yang diinvestasikan untuk memulihkan Tepi
Sungai Detroit pada tahun 2023. Prestasi yang sungguh mengesankan. Komitmen
dari organisasi filantropi, sponsor perusahaan, dan entitas publik memainkan
peran penting dalam mewujudkan visi menjadi kenyataan. Keberhasilan DRFC
didukung oleh komitmen untuk berkolaborasi lintas sektor. Sebuah visi bersama
dan perjanjian membentuk dasar bagi para pemangku kepentingan untuk
bersama-sama mengubah tepi sungai.
Kesuksesan pemulihan tepi sungai
Detroit sulit dibayangkan tanpa investasi besar awal dari General Motors dan
Kresge Foundation. Investasi tersebut menunjukkan komitmen yang menarik
investor lain. Investasi besar serupa diperlukan untuk mengubah Taman Sungai
Guadalupe. Investasi bertahap mungkin tidak cukup untuk membawa perbaikan
signifikan pada taman sebesar dan sesulit Taman Sungai Guadalupe. Prioritas
dari kelompok pemangku kepentingan yang diusulkan seharusnya adalah mendapatkan
satu atau lebih investasi dalam jumlah jutaan dolar.
Membentuk kelompok pemangku
kepentingan yang luas untuk Taman Sungai Guadalupe dapat memungkinkan taman
tersebut melayani semua pengguna dengan efektif dan inklusif, mengatasi masalah
yang sudah lama ada, seperti masalah gelandangan, dengan mengembangkan strategi
komprehensif yang bermanfaat bagi taman dan pengguna-penggunanya.
Kongklusi
0 Komentar: